KENAKAN SELURUH PERLENGKAPAN SENJATA ALLAH”
Shalom!
Kalau kita ingin mengenal seseorang dan orang itu tidak dapat dijumpai, kita akan berusaha mengenal orang itu dari segala yang dikerjakannya. Demikian juga jika kita mau mengenal Allah yang tidak kelihatan, hanya Alkitab – Firman Allah – yang menyatakan secara tepat dan lengkap tentang Pribadi-Nya dan semua yang sudah dikerjakan-Nya. Firman Allah menyatakan manusia diciptakan sesuai gambar dan teladan Allah sehingga manusia memiliki kodrat Ilahi dan Allah sendiri yang menciptakan manusia tanpa mencontoh siapapun juga. Oleh sebab itu melalui Alkitab kita dapat lebih mengenal-Nya melalui kehidupan manusia sendiri.
Allah itu ada dan Dia adalah Pribadi yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak. Manusia diciptakan-Nya sebagai pribadi yang juga memiliki pikiran, perasaan dan kehendak yang sama seperti Allah. Kenyataan ini sebenarnya cukup bagi manusia untuk mengakui bahwa pribadi Allah itu memang ada. Namun marilah kita memperhatikan fakta berikut ini.
Seorang manusia yang mempunyai pikiran – kepintaran atau intelegensi – baik tetapi perasaannya buruk atau jahat dan berkehendak kuat untuk melakukannya, dia akan menjadi seorang perusak yang mengerikan. Masyarakat menjadi hancur oleh orang-orang semacam ini. Demikian pula dengan orang bodoh yang tidak memiliki pikiran atau ide untuk bertindak. Walaupun hati atau perasaan orang bodoh tersebut baik dan kehendaknya kuat untuk mengerjakannya, hasilnya pasti kacau atau amburadul. Perasaan yang baik tanpa didukung oleh pikiran yang baik tidak akan bermanfaat bagi siapapun.
Satu-satunya solusi adalah kembali mengacu kepada Yesus – Firman Allah – agar pikiran dan perasaan kita dibaharui sehingga kehendak kita menghasilkan pekerjaan-pekerjaan yang berkenan kepada-Nya. Kita memang perlu belajar mengisi pikiran dengan pengetahuan tetapi karakter juga harus digembleng untuk memiliki kepribadian yang mengasihi sesama dan senantiasa melakukan kehendak Tuhan. Alhasil kemuliaan Allah dinyatakan karena kita memanifestasikan iman, pengharapan dan kasih-Nya dalam perbuatan hidup kita. Inilah yang dikehendaki Tuhan!
Apa yang dinyatakan Alkitab tentang manusia? Tertulis dalam Pengkotbah 7:29 demikian, “Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.” Manusia sebetulnya memiliki sifat kejujuran sebab tidak ada seorangpun mau dibohongi, tetapi kejujuran itu terkubur oleh dosa dan pelanggaran manusia sendiri. Contoh: orang-orang yang tertimbun reruntuhan akibat gempa, kalau mereka masih hidup, mereka tidak mampu menolong dirinya sendiri dan hanya dapat menangis serta mengharapkan pertolongan orang lain. Itulah kehidupan manusia yang tertimbun oleh dosa dan pelanggarannya sendiri.
Pribadi Allah dapat dilihat melalui ciptaan dan karya-Nya bahkan sebelum dunia dijadikan sehingga manusia tidak dapat berdalih dan berkata bahwa Allah itu tidak ada (Roma 1:19-20). Orang yang tidak percaya Allah – ateis – sebetulnya di dalam hatinya percaya dan mengakui bahwa Allah itu ada sekalipun dia berusaha meniadakan Allah dalam pikiran dan tindakannya. Bagi manusia yang merasa tidak perlu mengakui Allah, Dia menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran terkutuk (baca selengkapnya di Roma 1:28-31). Itulah akibat yang harus ditanggung orang yang ingkar kepada Allah Sang Pencipta.
Allah memberikan kebebasan - dalam hal ini keinginan – kepada manusia karena kasih karunia-Nya tetapi manusia salah memanfaatkan kebebasan tersebut. Keinginan kita harus diserahkan kepada Allah agar dapat dikontrol supaya tidak terjatuh dalam dosa. Yakobus 1:12 menyatakan dengan tegas bahwa kita memang menghadapi pencobaan namun kita sebenarnya dapat bertahan dengan mengantisipasi serta mengubah pencobaan itu menjadi ujian untuk memperoleh kemenangan. Ingat, ujian ini berguna untuk meningkatkan kehidupan rohani maupun jasmani kita. Saat pencobaan datang, yang perlu dilakukan supaya tidak kalah dalam pergumulan dan jatuh dalam dosa adalah kita ingat bahwa Allah sudah lebih dahulu mengasihi kita sehingga kita harus mengasihi-Nya. Dengan mengasihi Dia, kita pasti melakukan Firman-Nya dan Dia pasti memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk menanggung segalanya serta memberi jalan keluarnya (Yohanes 14:15 bdng 1 Korintus 10:13). Ini dalil yang tidak dapat diputarbalikkan.
Allah kita adalah Allah yang sangat sportif. Karena Dia tidak mau disakiti, Dia juga tidak mau menyakiti manusia. Dia bukan Allah yang usil dan suka mencari gara-gara. Saat manusia dalam ujian atau pencobaan, Allah siap menolong namun seringkali manusia itu sendiri yang membuka kesempatan untuk dikuasai oleh keinginan dan hawa nafsunya. Jangan menyalahkan Allah dalam hal ini! Keinginan dan kehendak kita sendiri yang sudah mencobai kita, bahkan mengikat dan menyeret kita jatuh ke dalam dosa. Manusia memang jatuh karena keinginannya tetapi Iblis adalah pribadi yang selalu memprovokasi, memberi saran dan masukan kepada manusia agar hatinya cenderung berbuat dosa. Jangan pula menyalahkan Iblis sebab tidak ada gunanya karena iblis memang provokator tetapi oleh Firman Allah kita mampu menangkal provokasi Iblis tersebut.
Alkitab menyatakan bahwa Iblis sudah berhasil menjatuhkan Adam dan Hawa tetapi kita juga melihat bahwa Tuhan tidak pernah memberikan kebebasan kepada Iblis untuk menjamah manusia secara langsung. Adam dan Hawa sendiri yang melakukan dosa dengan tangan dan mulut mereka. Iblis tidak diberi kuasa mengambil buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat dan memberikannya kepada mereka. Iblis juga tidak memaksa Hawa mengangakan mulutnya lalu Iblis memasukkan buah tersebut. Iblis hanya memprovokasi, memberi saran dan menunjukkan sesuatu yang tidak tepat supaya manusia itu sendiri yang melakukan dosa. Saat Allah bertanya kepada Hawa, dia menuduh ular yang melakukan hal itu. Kalau kita mengatakan bahwa Iblis yang melakukan itu semua, dia tidak keberatan malah bangga karena provokasinya berhasil. Menyalahkan Iblis tidak mengubah kehidupan kita!
Firman Tuhan mengajar kita untuk melihat kepada Yesus – Adam terakhir – bagaimana sikap dan tindakan-Nya saat menghadapi pencobaan. Kita merenungkan kisah tersebut melalui injil Lukas yang menampilkan Yesus sebagai Manusia (Lukas 4:1-13). Dituliskan, “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus,… dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.” (Lukas 4:1) Kalimat ini memberikan pengertian bahwa orang yang dipenuhi Roh Kudus harus siap masuk dalam ujian karena yang membawa Yesus ke padang gurun adalah Roh Kudus, bukan setan. Kemudian Iblis memberi saran kepada Yesus yang lapar supaya mengubah batu yang keras menjadi roti yang dapat dimakan. Godaan tersebut dapat menimpa para hamba Tuhan – pendeta, gembala, pengkotbah – agar mereka mengubah orang-orang yang keras hati – termasuk orang Farisi, Yahudi dan orang Israel – menjadi ‘roti’ yang dapat dimakan, sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan perut semata. Itu sebabnya Yesus menjawab bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Lukas 4:4).
Seharusnya seorang hamba Tuhan mengubah orang-orang yang hatinya keras agar bertobat dan menjadi penyembah-penyembah Allah yang benar, dibentuk menjadi anak-anak Abraham (bdng Lukas 3:8). Iblis sudah memprovokasi Yesus supaya mengubah batu menjadi roti. Kalau Yesus mengubah batu menjadi roti untuk mengenyangkan diri-Nya sendiri, Ia gagal menjadi utusan Allah yang benar. Namun Alkitab menyatakan bahwa Yesus sudah menang atas godaan Iblis.
Perhatikan bagaimana seharusnya hamba Tuhan memperoleh nafkah atau rejeki. Selain mempunyai misi dan visi yang jelas, mereka juga harus mempunyai gizi – makanan bergizi – karena tanpa gizi orang akan malnutrisi dan tidak mampu bekerja maksimal. Bagi seorang hamba Tuhan, gizi yang benar sudah Yesus nyatakan pada waktu Dia dalam keadaan lapar dan dahaga bertemu dengan perempuan Samaria (Yohanes 4:5-42). Saat para murid-Nya mencari makanan, Yesus melihat perempuan itu dan memberikan pelayanan kepadanya sehingga perempuan itu dan banyak orang Samaria dari kota tersebut diselamatkan. Mengapa? Yesus berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikannya”. Itu gizi sesungguhnya yang mampu mengenyangkan hati para hamba Tuhan. Jikalau seorang hamba Tuhan lebih dahulu melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, dia pasti bertambah kuat di dalam pelayanan karena gizi itu juga meliputi gizi jasmani.
Kita tidak akan merenungkan pencobaan kedua dan ketiga, tetapi perhatikan Lukas 4:13 yang seringkali diabaikan. Dikatakan, ‘sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.’ Jangan pandang enteng iblis! Kalau Iblis kalah dia mundur sambil menunggu waktu yang baik untuk menyerang kembali. Iblis tidak pernah puas dan dia akan terus berusaha masuk melalui pikiran dan memprovokasi kita dengan berbagai macam cara agar berbuat dosa. Itu sebabnya Rasul Paulus menasihati, ‘Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!’ (1 Korintus 10:12) Betapa banyak hamba Tuhan dan anak Tuhan jatuh justru setelah mereka menunjukkan keberhasilan dalam pelayanan, karena mereka lalai dan menjadi sombong. Banyak fakta tertulis dalam Alkitab tentang hal ini, di antaranya adalah kisah tentang Raja Daud dan Musa.
Raja Daud menikmati kemegahan dengan bersantai di istana saat pasukannya dan raja-raja lain pergi berperang (2 Samuel 11 – 12:25). Daud telah lengah dan sombong sehingga jatuh dalam dosa perzinaan setelah iblis mengarahkan matanya melihat sesuatu menarik yang membangkitkan keinginan ‘daging’ yang tersembunyi dalam hatinya. Raja Daud jatuh dalam dosa namun saat nabi Natan datang menegurnya dengan keras, dia tidak berdalih tetapi mengakui dosanya dengan jujur kepada Tuhan. Walaupun konsekuensi perbuatan dosanya tetap berdampak buruk bagi Raja Daud dan keluarganya, Tuhan mengampuninya sehingga dia tidak jadi mati.
Musa, orang yang paling sabar di muka bumi ini – kata Firman Tuhan – telah berbuat dosa (Bilangan 20:7-13). Seharusnya Musa cukup berkata kepada gunung batu supaya mengeluarkan air tetapi Musa dalam kemarahannya sudah memukul gunung batu itu. Allah menganggap Musa sudah tidak menghormati kekudusan-Nya dan harus menerima hukuman yang begitu berat – tidak dapat masuk tanah Kanaan. Bagaimana reaksi Musa? Musa mengambil sikap diam dan tidak berbantah-bantah dengan Allah. Sebagai pemimpin ia menyadari kekurangannya dan mengakuinya melalui sikapnya tersebut. Alkitab membuktikan bahwa Musa tetap masuk Kanaan surgawi dan menikmati kemuliaan Allah bersama Yesus dan nabi Elia (Matius 17:3-4).
Melalui dua contoh tersebut kita melihat sikap dan teladan yang baik dari seorang pemimpin yang telah berbuat dosa saat menerima teguran dan hukuman Tuhan. Jika kita sudah terlanjur melakukan perbuatan yang tidak berkenan di hati Allah dan ada teguran dari Firman-Nya, jangan keraskan hati! Jalan terbaik adalah kita datang pada salib Kristus, mengakui kesalahan dan mohon belas kasihan-Nya. Sesungguhnya Allah bertanggungjawab atas segala ciptaan-Nya, Dia mengerjakan segala sesuatu yang baik bagi kita dan akan mengembalikan kita kepada kodrat Ilahi yang telah dikaruniakan-Nya pada kita.
Sekarang bagaimana sikap kita menghadapi tipu daya setan? Firman Allah mengatakan “Tunduklah kepada Allah dan lawanlah iblis” (Yakobus 4:7). Jangan tinggal diam atau hanya menghindar! Kalau seorang petinju di atas ring hanya menghindari pukulan-pukulan lawan tanpa pernah membalas, dia tetap dinyatakan ‘kalah’ – kalah angka. Tuhan menghendaki kita tidak tinggal diam tetapi melawan Iblis karena sifat dan tabiatnya seperti singa yang mengaum-aum mencari siapa saja yang dapat ditelannya.
Perhatikan ilustrasi berikut. Dalam pertandingan nasional matador di Spanyol, si matador hanya memegang selembar kain merah dan pedang di tangannya. Dengan lihainya dia mempermainkan seekor banteng yang kuat, perkasa dan liar. Banteng tersebut tertipu berulang-ulang dan menghantam tembok sampai arena bergoyang. Akhirnya banteng kepayahan dan kehabisan tenaga sampai tanduknya ke bawah dan lidahnya terjulur keluar. Banteng itu berguling-guling karena hatinya panas tetapi tenaganya sudah tidak cukup sedangkan sekujur tubuhnya penuh luka oleh pedang matador. Matador menunggu sejenak kemudian kembali menggoda si banteng dengan kain merahnya sambil membentak-bentak sehingga banteng tersebut marah dan menyerang dengan sepenuh kekuatan yang tersisa. Pada saat itulah si matador menancapkan pedangnya pada celah punggung banteng sampai menembus paru-paru dan jantungnya. Banteng itu berhenti sejenak, kemudian dalam keadaan sangat kesakitan dia menekuk kaki dan ekornya lalu mati di situ.
Banteng bagaikan kehidupan anak Tuhan yang ditipu berulang-ulang oleh setan hanya dengan selembar ‘kain pencobaan’. Oleh karena banteng hanya seekor hewan, dia tidak mengerti – tidak berhikmat – dan mengira musuhnya adalah kain merah yang terus menerus diserangnya berakibat dengan kematiannya sendiri. Itu gambaran orang yang tidak tahu siapa yang menjadi musuhnya. Banyak anak-anak Tuhan mengira pencobaan-pencobaan itu musuhnya. Padahal musuh kita yang sesungguhnya adalah iblis – penghulu roh-roh jahat di dunia – yang memprovokasi kita untuk berperang tanpa menyadari siapa lawan kita, akibatnya kita tidak berperang melawan hawa nafsu malah ‘meladeni’ hawa nafsu kita. Tuhan menunjukkan bahwa kekuatan kuasa-Nya ada dalam Firman-Nya. Tipu muslihat iblis hanya dapat dikalahkan oleh kebenaran Firman Allah maka pakailah selengkap senjata Allah dalam menghadapi teror si Iblis (Efesus 6:10-17).
Dikatakan:
- “…supaya kamu tetap berdiri…”, artinya kita tetap bertahan setelah berperang.
- “…berikat pinggang kebenaran…”, artinya kita melayani Tuhan di dalam Kebenaran.
- “…berbaju zirahkan keadilan…”, artinya berbaju zirahkan Firman Allah sebagai kekuatan kuasa Allah yang melindungi kita. Sekalipun ada senjata yang ditembakkan kepada kita dari belakang – itulah fitnah, semua fitnah itu tidak dapat melukai kita karena kuasa-Nya melindungi kita (Yesaya 54:17). Baju zirah keadilan ini melindungi tubuh kita dari depan dan belakang.
- “...dan terimalah ketopong keselamatan...”. Ketopong itu melindungi kepala, mata, telinga, mulut dan isi kepala. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal adalah ketopong keselamatan yang harus kita kenakan senantiasa (Filipi 4:7). Dia akan melindungi akal pikiran kita dengan sangat rapat. Selanjutnya Filipi 4:8 menyatakan, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
Bagi orang dunia apa yang tercantum dalam Filipi 4:8 tersebut dikenal dengan istilah ‘positive thinking‘. Mereka melakukannya karena didorong oleh orang lain atau oleh maksud-maksud yang tidak tulus. Namun kita melakukannya karena kita tahu bahwa itu adalah Firman Allah, Ketopong Keselamatan kita. Praktiknya dalam keseharian hidup kita: Jangan memberi kesempatan mata untuk melihat sesuatu yang mendatangkan dosa, telinga jangan dipersiapkan untuk mendengar hal-hal yang membuat hati kita rusak, pikiran dilindungi oleh damai sejahtera Allah, mulut dijaga supaya tidak mengeluarkan kata-kata tidak baik. Ini semua dikenakan pada kepala kita sebagai ketopong keselamatan.
Kalau itu semua ada di dalam pikiran kita, segala provokasi dan saran iblis tidak dapat menembus ke semua indera kita. Dengan mengenakan selengkap senjata Allah, segala gangguan iblis tidak dapat menembusi pertahanan kita. Tunduklah kepada Allah dan lawanlah iblis. Melawan berarti bertindak. Kalau kita pasif, iblis akan menjadi pemenang. Jika kita tunduk pada Allah dan aktif melawan Iblis, dia akan lari dari kita.
Memang Iblis akan terus menggoda untuk menjatuhkan kita dan mungkin kita pernah jatuh, tetapi ingat bahwa satu-satunya jalan adalah kita kembali kepada Yesus, mengakui bahwa Yesuslah yang menebus segala dosa dan kesalahan kita, minta ampun pada-Nya, jangan menyalahkan orang lain tetapi mengakui semua dosa kita dengan jujur kepada-Nya. Dia sendiri yang akan mengampuni dan memulihkan hidup kita. Sebagai anak-anak Tuhan biarlah kita mau selalu dibangun dan dibentuk oleh Firman-Nya serta senantiasa hidup dalam pengharapan kepada-Nya.
Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar