Sabtu, 21 Mei 2011

sebuah cerita.

CINTA…..?

Malam hari. Kamar kost GF!

GOD: Lagi nulis apa, nak? Kok kayaknya asyik banget?
GF!: Eh, GOD. Bikin kaget aja. Aku lagi nulis puisi nih.
GOD: Puisi?
GF!: Iya. Coba dengerin ya, GOD…
GF!: Ehm… ehm… (dengan gaya pujangga baca puisi)
pertama kali aku mengenalmu
aku tahu hatiku menjadi milikmu
bilakah rasa ini akan pergi
ku tahu takkan pernah
karena kau telah menawan hatiku

GF!: Gimana, GOD? Keren ‘kan?
GOD: Keren. Keren. Emang buat siapa sih puisinya?
GF!: Ada dech… huah (nguap) udah jam segini. Aku bobo dulu ya, GOD. Besok harus bangun pagi.
GOD: Tapi, nak kamu belum saat teduh hari ini.
GF!: Besok aja ya, pagi-pagi. Ok. Good night, GOD.
GOD: Good night.

GF! pun langsung tertidur lelap.
[Kriiiiing. Alarm GF! bunyi. Dengan satu gerakan cepat GF! bangun, matiin alarm en… tidur lagi]

GOD: Nak, bangun udah pagi.
GF!: Hah… hah…(kucek kucek mata). Jam berapa sekarang?
GOD: Jam enam.
GF!: Hah (Bangun. Kaget) Jam enam?!

GF! buru-buru mandi, sikat gigi, langsung ganti baju.

GOD: Kok buru-buru, Nak? Hari ini kan nggak ada kuliah pagi.
GF!: Emang ngga ada kuliah sih, tapi aku ada janji penting. Bye GOD!

GF! langsung ngacir menuju kampus. Sesampainya di kampus, GF! langsung menuju kelas, nyari Ester.

GF!: Ester, ini buat elu (sambil menyerahkan amplop putih)
Ester: Apaan nih?
GF!: Baca aja. Tapi jangan kasih liat siapa-siapa ya. Udah ah, gue pergi dulu. Dosennya udah datang tuh.
Ester: Loh, elu ngga kuliah?
GF!: Nanti siang.
Ester: Ya udah, bye.

Siangnya di taman kampus.

Ester: … gue minta maaf. Gue udah komitmen buat ngga pacaran dulu. Gue harap elu bisa ngerti.
GF!: I…iya. Gue ngerti.
Ester: Sorry ya…
GF!: Ngga apa…

Malamnya di kamar kost GF!

GF!: (nyanyi dengan diiringi lagu dari kaset). Yakinkan aku Tuhan…dia bukan untukku. Hapus aku…aku…hapus aku
GOD: Kenapa, nak, kok kayaknya bete banget?
GF!: Nggak kenapa-kenapa. (cemberut)
GOD: Oh, ya udah.

Hening sejenak.

GF!: GOD, tau Ester kan?
GOD: Yang rambutnya panjang. Cantik. Pinter. Rajin saat teduh. Rajin pelayanan. Apa sih yang tidak Aku tau?
GF!: Iya.Ester yang itu.
GOD: Kenapa emangnya?
GF!: Aku ditolak sama dia. GOD, emangnya aku kurang apa sih?
GOD: Nggak kurang apa-apa. Kamu kan anak Allah yang maha tinggi.
GF!: Terus kenapa aku ditolak?
GOD: Nak, buat segala sesuatu ada waktunya.
GF!: Kalo itu sih aku juga tau, GOD. Tapi maksudnya apa?
GOD: Sabar dulu Aku kan belum selesai.
GF!: Oh ya, sori, GOD. Silakan terusin.
GOD: Kamu pernah baca ngga ayat ini: ‘jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum iingininya? (Kidung Agung 2:7b)
GF!: Iya, aku pernah baca dulu. Tapi aku nggak ngerti maksudnya.
GOD: Maksudnya untuk segala sesuatu ada waktunya. Termasuk waktu untuk mencintai seseorang.
GF!: Tapi kan GOD, yang namanya cinta ngga bisa diduga kapan datangnya?
GOD: Cinta ato cuma sekedar suka?
GF!: Emang beda?
GOD: Ya beda. Cinta itu sebuah gift dariKu buat manusia supaya mereka bisa menikmati hidup dengan lebih indah. Kalo suka cuma emosi sesaat yang cepet ilangnya.
GF!: O begitu ya. Terus GOD, gimana aku tau ini cinta ato suka?
GOD: Aku tanya dulu. Kamu kapan dikasih gift ama orang tua kamu?
GF!: Kalo aku ulang taun ato kalo aku dapet nilai bagus.
GOD: Jadi intinya, gift dikasih kalo ada event khusus. Sama dengan cinta. Cinta itu gift. dan gift ini hanya akan dikasih pada event khusus. Yaitu kalo kamu sudah Aku anggap cukup dewasa secara rohani dan mental untuk menerima gift ini. Kalo suka, munculnya bisa kapan aja. Karena asalnya juga dari dalam diri kamu. Dari
perasaan yang kamu miliki.
GF!: Terus sekarang aku harus ngapain dong?
GOD: ‘Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.’ (Matius 6:33). Aku mo tanya. Selama sebulan ini, berapa kali kamu saat teduh? Berapa kali kamu baca Alkitab? Berapa kali kamu merenungkan firman?

GF! tertunduk malu. Matanya memandang kertas yang ditempel di tembok kamar kostnya. bunyinya: “Jesus comes first!

GF!: Sorry ya GOD. Aku jadi jarang saat teduh en berdoa lagi. Gara-gara…
GOD: Gara-gara keseringan telpon-telponan ama Ester kan?
GF!: Abis GOD, dia kan cuma kosong jam segitu. Lagian kan aku udah ngomong kalo jadwal saat teduhnya jadi pagi aja.
GOD: Terus pagi-pagi kamu bangun telat, langsung mandi, kuliah. Ngga sempet saat teduh.
GF!: GOD, jangan marah dong.
GOD: Aku ngga marah. Aku cuma pengen kamu sadar kalo rasa suka kamu sama Valen udah merusak hubungan pribadi kamu dengan Aku. Nak, aku ngga nyalahin kalo kamu suka sama Ester . Itu sangat sangat manusiawi kamu suka seseorang. Tapi kamu harus bisa ngendaliin rasa suka kamu itu. Minta bantuan Roh Kudus buat hal itu. Inget ngga boleh sampe ada orang laen yang ngegantiin tempatKu di hidupmu.
GF!: Iya, Tuhan.
GOD: Nah Sekarang, gimana kalo kamu saat teduh.
GF!: Ok, GOD.

Selasa, 17 Mei 2011

DAYA CIPTA

Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman TUHAN, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.” ( Ibrani 11 : 3 )

Perkataan itu tidak dapat dilihat, kalau saya bicara, perkataan saya itu tidak dapat anda lihat. Tetapi dari yang tidak anda lihat itu daya ciptanya luar biasa, sehingga yang kelihatan itu tercipta dari yang tidak kelihatan. Dan kalau perkataan itu ada di bibir kita, di mulut kita, lalu kita memperkatakannya dengan iman, sesuatu akan terjadi. Tetapi bukan berdasarkan firman pilihan anda sendiri. Makanya orang Kristen harus punya kunci pengetahuan dan hidup bergaul dengan Roh Kudus, firman itu anda ucapkan seperti yang Roh Kudus perintahkan, maka perkataan firman itu bukan lagi merupakan firman Logos, tetapi firman Rhema yang mempunyai daya cipta yang luar biasa. Sebab kalau anda membaca kitab Kejadian pasal pertama, ketika TUHAN menciptakan alam semesta, yang bergerak didepan itu Roh Kudus. DIA melayang-layang, lalu BAPA berfirman: “Jadilah terang” maka terangpun jadi.  Kata “melayang-layang” itu pengertiannya bagaikan induk ayam mengerami telurnya, yang ada kehidupan dalamnya. Kehidupannya baru dapat muncul kalau dipanasi dalam suhu tertentu, dan eraman induk ayam itu dalam waktu 3 minggu maka menetaslah anak ayam itu. Dengan cara yang sama, “firman” itu bekerja dengan kuasa daya ciptanya. Perkataan firman ini seperti telur, perlu untuk Roh Kudus “mengeraminya”. Jadi kalau anda mengucapkan perkataan firman asal mengucapkan, ya baik, itu membangun iman anda. Tetapi untuk punyai kekuatan daya cipta, tidak ada pilihan lain kecuali harus berjalan bersama dorongan Roh Kudus.
----------------------------------------------------------------------------------------------
By HIS Grace,
Pdt. Petrus Agung Purnomo
Copyright by FB Petrus Agung JKI IK

kasih = love

1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

(2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

(4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

(5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

(6) Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

(7) Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

(9) Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.

(10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.

(11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

(12) Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

(13) Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

(terjemahan sehari-hari)

(1) Meskipun saya dapat berbicara dengan berbagai bahasa manusia, bahkan dengan bahasa malaikat sekalipun, tetapi saya tidak mengasihi orang lain, maka ucapan-ucapan saya itu hanya bunyi yang nyaring tanpa arti.

(2) Meskipun saya pandai menyampaikan berita dari Allah, dan mengerti semua hal yang dalam-dalam, dan tahu segala sesuatu serta sangat percaya kepada Allah sehingga dapat membuat gunung berpindah, tetapi saya tidak mengasihi orang-orang lain, maka saya tidak berarti apa-apa!

(3) Meskipun semua yang saya miliki, saya sedekahkan kepada orang miskin, dan saya menyerahkan diri saya untuk dibakar, tetapi saya tidak mengasihi orang-orang lain, maka semuanya itu tidak ada gunanya sama sekali.

(4) Orang yang mengasihi orang-orang lain, sabar dan baik hati. Ia tidak meluap dengan kecemburuan, tidak membual, tidak sombong.

5) Ia tidak angkuh, tidak kasar, ia tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri, tidak juga cepat tersinggung, dan tidak dendam.

(6) Orang yang mengasihi orang-orang lain, tidak senang dengan kejahatan, ia hanya senang dengan kebaikan.

(7) Ia tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang; dalam keadaan yang bagaimanapun juga orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu.

(8) Tidak pernah akan ada saat di mana orang tidak perlu saling mengasihi. Sekarang ini ada orang yang pandai menyampaikan berita dari Allah, tetapi nanti ia akan berhenti menyampaikan berita itu. Sekarang ada yang pandai berbicara dalam berbagai bahasa yang ajaib, tetapi nanti ia akan berhenti berbicara dalam bahasa-bahasa itu. Sekarang ada orang yang mengetahui banyak hal, tetapi nanti apa yang mereka ketahui itu akan dilupakan.

(9) Sebab, pengetahuan kita dan kesanggupan kita untuk menyampaikan berita dari Allah, masih kurang sempurna.

(10) Nanti akan tiba waktunya Allah membuat semuanya sempurna, dan yang tidak sempurna itu akan hilang.

(11) Pada waktu saya masih anak kecil, saya berbicara seperti anak kecil, saya berperasaan seperti anak kecil dan saya berpikir seperti anak kecil. Sekarang saya sudah dewasa, kelakuan saya yang kekanak-kanakan sudah saya buang.

(12) Apa yang kita lihat sekarang ini adalah seperti bayangan yang kabur pada cermin. Tetapi nanti kita akan melihat langsung dengan jelas. Sekarang saya belum tahu segalanya, tetapi nanti saya akan tahu segalanya sama seperti Allah tahu segalanya mengenai diri saya.

(13) Jadi, untuk saat ini ada tiga hal yang kita harus tetap lakukan: percaya, berharap dan saling mengasihi. Yang paling penting dari ketiganya itu ialah mengasihi orang-orang lain.

( English [Amplified] )

(1) IF I [can] speak in the tongues of men and [even] of angels, but have not love (that reasoning, intentional, spiritual devotion such as is inspired by God's love for and in us), I am only a noisy gong or a clanging cymbal.

(2) And if I have prophetic powers ( the gift of interpreting the divine will and purpose), and understand all the secret truths and mysteries and possess all knowledge, and if I have [sufficient] faith so that I can remove mountains, but have not love (God's love in me) I am nothing (a useless nobody).

(3) Even if I dole out all that I have [to the poor in providing] food, and if I surrender my body to be burned or in order that I may glory, but have not love (God's love in me), I gain nothing.

(4) Love endures long and is patient and kind; love never is envious nor boils over with jealousy, is not boastful or vainglorious, does not display itself haughtily.

(5) It is not conceited (arrogant and inflated with pride); it is not rude (unmannerly) and does not act unbecomingly. Love (God's love in us) does not insist on its own rights or its own way, for it is not self-seeking; it is not touchy or fretful or resentful; it takes no account of the evil done to it [it pays no attention to a suffered wrong].

(6) It does not rejoice at injustice and unrighteousness, but rejoices when right and truth prevail.

(7) Love bears up under anything and everything that comes, is ever ready to believe the best of every person, its hopes are fadeless under all circumstances, and it endures everything [without weakening].

(8) Love never fails [never fades out or becomes obsolete or comes to an end]. As for prophecy ( the gift of interpreting the divine will and purpose), it will be fulfilled and pass away; as for tongues, they will be destroyed and cease; as for knowledge, it will pass away [it will lose its value and be superseded by truth].

(9) For our knowledge is fragmentary (incomplete and imperfect), and our prophecy (our teaching) is fragmentary (incomplete and imperfect).

(10) But when the complete and perfect (total) comes, the incomplete and imperfect will vanish away (become antiquated, void, and superseded).

(11) When I was a child, I talked like a child, I thought like a child, I reasoned like a child; now that I have become a man, I am done with childish ways and have put them aside.

(12) For now we are looking in a mirror that gives only a dim (blurred) reflection [of reality as in a riddle or enigma], but then [when perfection comes] we shall see in reality and face to face! Now I know in part (imperfectly), but then I shall know and understand fully and clearly, even in the same manner as I have been fully and clearly known and understood [ by God].

(13) And so faith, hope, love abide [faith--conviction and belief respecting man's relation to God and divine things; hope--joyful and confident expectation of eternal salvation; love--true affection for God and man, growing out of God's love for and in us], these three; but the greatest of these is love.

_ (http://alkitab.otak.info/index.php?hal=lihatPasal&injil=46&pasal=13)

And so faith, hope, love abide [faith--conviction and belief respecting man's relation to God and divine things; hope--joyful and confident expectation of eternal salvation; love--true affection for God and man, growing out of God's love for and in us], these three; but the greatest of these is love.

buah-buah Roh


kasih = Apel 

*Ada kekuatan di dalam cinta,
Orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan keinginannya
Untuk mementingkan diri sendiri.
 
sukacita = strowbery

* Ada kekuatan dalam tawa kegembiraan,
Orang tertawa gembira adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah terlarut dengan tantangan dan cobaan.

damai sejahtera = peach

 *Ada kekuatan di dalam kedamaian diri
Orang yang dirinya penuh damai bahagia adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah tergoyahkan
Dan tidak mudah diombang-ambingkan.

kesabaran = pear

 *Ada kekuatan di dalam kesabaran,
Orang yang sabar adalah orang yang kuat
Karena ia sanggup menanggung segala sesuatu
Dan ia tidak pernah merasa disakiti.

kemurahan = nanas

 *Ada kekuatan di dalam kemurahan,
Orang yang murah hati adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya
Untuk melakukan yang baik bagi sesamanya.

kebaikan = jeruk

 *Ada kekuatan di dalam kebaikan,
Orang yang baik adalah orang yang kuat
Karena ia bisa selalu mampu melakukan yang baik bagi semua orang.

kesetiaan = semangka

 *Ada kekuatan di dalam kesetiaan,
Orang yang setia adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi
Dengan kesetiaannya kepada Allah dan sesama.

kelemahlembutan = pisang

 *Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan,
Orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat
Karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam.

pengguasaan diri = anggur

 *Ada kekuatan di dalam penguasaan diri,
Orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.

............



Rencana Tuhan Untuk Pasangan Hidup

Tiap orang berharap memberikan diri mereka sepenuhnya untuk seseorang, dengan pengalaman yang dalam. Hubungan cinta satu dengan yang lain, untuk dicintai dan mencintai secara langsung dan special. Tetapi Allah berkata kepada anak-anakNya : Tidak, tidak….sampai engkau dipuaskan, diteguhkan, dan penuh dengan cinta yang daripadaKu sendiri, dengan memberikan hidupnya sepenuhnya hanya kepadaKu. Aku mengasihi engkau anakKu! Engkau tidak akan dapat beserta dengan orang lain sampai engkau bersatu denganKu.

Aku ingin engkau berhenti merencanakan, berharap, dan membiarkan Aku yang akan membawanya kepadamu. Tetaplah matamu tertuju padaKU, tetaplah belajar dan mendengarkan segala hal yang Aku katakan padamu. Jangan bimbang, jangan ragu, dan jangan melihat orang lain yang sudah menemukan pasangan hidupnya. Jangan melihat seseorang yang engkau pikir engkau menginginkannya.
Engkau tidak akan dapat beserta dengan orang lain
sampai engkau bersatu denganKu


Tetaplah melihat padaKU, atau engkau akan kehilangan hal-hal besar yang akan Aku perlihatkan padamu. Dan pada saatnya nanti… ketika engkau SIAP, Aku akan mengejutkan engkau dengan cinta yang jauh lebih indah dari apa yang kauharapkan dan bayangkan sebelumnya. Engkau lihat?? Sampai engkau siap….dan sampai orang yang Aku persiapkan juga telah siap.

Aku bekerja…bahkan dalam saat ini! Untuk mempertemukan engkau berdua sampai engkau berdua dipuaskan secara penuh denganKu, dalam kasih dan hidup yang telah Aku persiapkan untukmu!
Disadur dari “satumagazine” juli ‘04,
garapan arek2 gki ressud

Rabu, 11 Mei 2011

KENAKAN SELURUH PERLENGKAPAN SENJATA ALLAH”


KENAKAN SELURUH PERLENGKAPAN SENJATA ALLAH”

 

Shalom!

 

Kalau kita ingin mengenal seseorang dan orang itu tidak dapat dijumpai, kita akan berusaha mengenal orang itu dari segala yang dikerjakannya. Demikian juga jika kita mau mengenal Allah yang tidak kelihatan, hanya Alkitab – Firman Allah – yang menyatakan secara tepat dan lengkap tentang Pribadi-Nya dan semua yang sudah dikerjakan-Nya. Firman Allah menyatakan manusia diciptakan sesuai gambar dan teladan Allah sehingga manusia memiliki kodrat Ilahi dan Allah sendiri yang menciptakan manusia tanpa mencontoh siapapun juga. Oleh sebab itu melalui Alkitab kita dapat lebih mengenal-Nya melalui kehidupan manusia sendiri.

 

Allah itu ada dan Dia adalah Pribadi yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak. Manusia diciptakan-Nya sebagai pribadi yang juga memiliki pikiran, perasaan dan kehendak yang sama seperti Allah. Kenyataan ini sebenarnya cukup bagi manusia untuk mengakui bahwa pribadi Allah itu memang ada. Namun marilah kita memperhatikan fakta berikut ini.

 

Seorang manusia yang mempunyai pikiran – kepintaran atau intelegensi – baik tetapi perasaannya buruk atau jahat dan berkehendak kuat untuk melakukannya, dia akan menjadi seorang perusak yang mengerikan. Masyarakat menjadi hancur oleh orang-orang semacam ini. Demikian pula dengan orang bodoh yang tidak memiliki pikiran atau ide untuk bertindak. Walaupun hati atau perasaan orang bodoh tersebut baik dan kehendaknya kuat untuk mengerjakannya, hasilnya pasti kacau atau amburadul. Perasaan yang baik tanpa didukung oleh pikiran yang baik tidak akan bermanfaat bagi siapapun.

 

Satu-satunya solusi adalah kembali mengacu kepada Yesus – Firman Allah – agar pikiran dan perasaan kita dibaharui sehingga kehendak kita menghasilkan pekerjaan-pekerjaan yang berkenan kepada-Nya. Kita memang perlu belajar mengisi pikiran dengan pengetahuan tetapi karakter juga harus digembleng untuk memiliki kepribadian yang mengasihi sesama dan senantiasa melakukan kehendak Tuhan. Alhasil kemuliaan Allah dinyatakan karena kita memanifestasikan iman, pengharapan dan kasih-Nya dalam perbuatan hidup kita. Inilah yang dikehendaki Tuhan!

 

Apa yang dinyatakan Alkitab tentang manusia? Tertulis dalam Pengkotbah 7:29 demikian, “Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.” Manusia sebetulnya memiliki sifat kejujuran sebab tidak ada seorangpun mau dibohongi, tetapi kejujuran itu terkubur oleh dosa dan pelanggaran manusia sendiri. Contoh: orang-orang yang tertimbun reruntuhan akibat gempa, kalau mereka masih hidup, mereka tidak mampu menolong dirinya sendiri dan hanya dapat menangis serta mengharapkan pertolongan orang lain. Itulah kehidupan manusia yang tertimbun oleh dosa dan pelanggarannya sendiri.

 

Pribadi Allah dapat dilihat melalui ciptaan dan karya-Nya bahkan sebelum dunia dijadikan sehingga manusia tidak dapat berdalih dan berkata bahwa Allah itu tidak ada (Roma 1:19-20). Orang yang tidak percaya Allah – ateis – sebetulnya di dalam hatinya percaya dan mengakui bahwa Allah itu ada sekalipun dia berusaha meniadakan Allah dalam pikiran dan tindakannya. Bagi manusia yang merasa tidak perlu mengakui Allah, Dia menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran terkutuk (baca selengkapnya di Roma 1:28-31). Itulah akibat yang harus ditanggung orang yang ingkar kepada Allah Sang Pencipta.

 

Allah memberikan kebebasan - dalam hal ini keinginan – kepada manusia karena kasih karunia-Nya tetapi manusia salah memanfaatkan kebebasan tersebut. Keinginan kita harus diserahkan kepada Allah agar dapat dikontrol supaya tidak terjatuh dalam dosa. Yakobus 1:12 menyatakan dengan tegas bahwa kita memang menghadapi pencobaan namun kita sebenarnya dapat bertahan dengan mengantisipasi serta mengubah pencobaan itu menjadi ujian untuk memperoleh kemenangan. Ingat, ujian ini berguna untuk meningkatkan kehidupan rohani maupun jasmani kita. Saat pencobaan datang, yang perlu dilakukan supaya tidak kalah dalam pergumulan dan jatuh dalam dosa adalah kita ingat bahwa Allah sudah lebih dahulu mengasihi kita sehingga kita harus mengasihi-Nya. Dengan mengasihi Dia, kita pasti melakukan Firman-Nya dan Dia pasti memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk menanggung segalanya serta memberi jalan keluarnya (Yohanes 14:15 bdng 1 Korintus 10:13). Ini dalil yang tidak dapat diputarbalikkan.

 

Allah kita adalah Allah yang sangat sportif. Karena Dia tidak mau disakiti, Dia juga tidak mau menyakiti manusia. Dia bukan Allah yang usil dan suka mencari gara-gara. Saat manusia dalam ujian atau pencobaan, Allah siap menolong namun seringkali manusia itu sendiri yang membuka kesempatan untuk dikuasai oleh keinginan dan hawa nafsunya. Jangan menyalahkan Allah dalam hal ini! Keinginan dan kehendak kita sendiri yang sudah mencobai kita, bahkan mengikat dan menyeret kita jatuh ke dalam dosa. Manusia memang jatuh karena keinginannya tetapi Iblis adalah pribadi yang selalu memprovokasi, memberi saran dan masukan kepada manusia agar hatinya cenderung berbuat dosa. Jangan pula menyalahkan Iblis sebab tidak ada gunanya karena iblis memang provokator tetapi oleh Firman Allah kita mampu menangkal provokasi Iblis tersebut.

 

Alkitab menyatakan bahwa Iblis sudah berhasil menjatuhkan Adam dan Hawa tetapi kita juga melihat bahwa Tuhan tidak pernah memberikan kebebasan kepada Iblis untuk menjamah manusia secara langsung. Adam dan Hawa sendiri yang melakukan dosa dengan tangan dan mulut mereka. Iblis tidak diberi kuasa mengambil buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat dan memberikannya kepada mereka. Iblis juga tidak  memaksa Hawa mengangakan mulutnya lalu Iblis memasukkan buah tersebut. Iblis hanya memprovokasi, memberi saran dan menunjukkan sesuatu yang tidak tepat supaya manusia itu sendiri yang melakukan dosa. Saat Allah bertanya kepada Hawa, dia menuduh ular yang melakukan hal itu. Kalau kita mengatakan bahwa Iblis yang melakukan itu semua, dia tidak keberatan malah bangga karena provokasinya berhasil. Menyalahkan Iblis tidak mengubah kehidupan kita!

 

Firman Tuhan mengajar kita untuk melihat kepada Yesus – Adam terakhir – bagaimana sikap dan tindakan-Nya saat menghadapi pencobaan. Kita merenungkan kisah tersebut melalui injil Lukas yang menampilkan Yesus sebagai Manusia (Lukas 4:1-13). Dituliskan, “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus,… dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.” (Lukas 4:1) Kalimat ini memberikan pengertian bahwa orang yang dipenuhi Roh Kudus harus siap masuk dalam ujian karena yang membawa Yesus ke padang gurun adalah Roh Kudus, bukan setan. Kemudian Iblis memberi saran kepada Yesus yang lapar supaya mengubah batu yang keras menjadi roti yang dapat dimakan. Godaan tersebut dapat menimpa para hamba Tuhan – pendeta, gembala, pengkotbah – agar mereka mengubah orang-orang yang keras hati – termasuk orang Farisi, Yahudi dan orang Israel – menjadi ‘roti’ yang dapat dimakan, sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan perut semata. Itu sebabnya Yesus menjawab bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Lukas 4:4).

 

Seharusnya seorang hamba Tuhan mengubah orang-orang yang hatinya keras agar bertobat dan menjadi penyembah-penyembah Allah yang benar, dibentuk menjadi anak-anak Abraham (bdng Lukas 3:8). Iblis sudah memprovokasi Yesus supaya mengubah batu menjadi roti. Kalau Yesus mengubah batu menjadi roti untuk mengenyangkan diri-Nya sendiri, Ia gagal menjadi utusan Allah yang benar. Namun Alkitab menyatakan bahwa Yesus sudah menang atas godaan Iblis.

 

Perhatikan bagaimana seharusnya hamba Tuhan memperoleh nafkah atau rejeki. Selain mempunyai misi dan visi yang jelas, mereka juga harus mempunyai gizi – makanan bergizi – karena tanpa gizi orang akan malnutrisi dan tidak mampu bekerja maksimal. Bagi seorang hamba Tuhan, gizi yang benar sudah Yesus nyatakan pada waktu Dia dalam keadaan lapar dan dahaga bertemu dengan perempuan Samaria (Yohanes 4:5-42). Saat para murid-Nya mencari makanan, Yesus melihat perempuan itu dan memberikan pelayanan kepadanya sehingga perempuan itu dan banyak orang Samaria dari kota tersebut diselamatkan. Mengapa? Yesus berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikannya”. Itu gizi sesungguhnya yang mampu mengenyangkan hati para hamba Tuhan. Jikalau seorang hamba Tuhan lebih dahulu melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, dia pasti bertambah kuat di dalam pelayanan karena gizi itu juga meliputi gizi jasmani.

 

Kita tidak akan merenungkan pencobaan kedua dan ketiga, tetapi perhatikan Lukas 4:13 yang seringkali diabaikan. Dikatakan, ‘sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.’ Jangan pandang enteng iblis! Kalau Iblis kalah dia mundur sambil menunggu waktu yang baik untuk menyerang kembali. Iblis tidak pernah puas dan dia akan terus berusaha masuk melalui pikiran dan memprovokasi kita dengan berbagai macam cara agar berbuat dosa. Itu sebabnya Rasul Paulus menasihati, ‘Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!’ (1 Korintus 10:12) Betapa banyak hamba Tuhan dan anak Tuhan jatuh justru setelah mereka menunjukkan keberhasilan dalam pelayanan, karena mereka lalai dan menjadi sombong. Banyak fakta tertulis dalam Alkitab tentang hal ini, di antaranya adalah kisah tentang Raja Daud dan Musa.

 

Raja Daud menikmati kemegahan dengan bersantai di istana saat pasukannya dan raja-raja lain pergi berperang (2 Samuel 11 – 12:25). Daud telah lengah dan sombong sehingga jatuh dalam dosa perzinaan setelah iblis mengarahkan matanya melihat sesuatu menarik yang membangkitkan keinginan ‘daging’ yang tersembunyi dalam hatinya. Raja Daud jatuh dalam dosa namun saat nabi Natan datang menegurnya dengan keras, dia tidak berdalih tetapi mengakui dosanya dengan jujur kepada Tuhan. Walaupun konsekuensi perbuatan dosanya tetap berdampak buruk bagi Raja Daud dan keluarganya, Tuhan mengampuninya sehingga dia tidak jadi mati.

 

Musa, orang yang paling sabar di muka bumi ini – kata Firman Tuhan – telah berbuat dosa (Bilangan 20:7-13). Seharusnya Musa cukup berkata kepada gunung batu supaya mengeluarkan air tetapi Musa dalam kemarahannya sudah memukul gunung batu itu. Allah menganggap Musa sudah tidak menghormati kekudusan-Nya dan harus menerima hukuman yang begitu berat – tidak dapat masuk tanah Kanaan. Bagaimana reaksi Musa? Musa mengambil sikap diam dan tidak berbantah-bantah dengan Allah. Sebagai pemimpin ia menyadari kekurangannya dan mengakuinya melalui sikapnya tersebut. Alkitab membuktikan bahwa Musa tetap masuk Kanaan surgawi dan menikmati kemuliaan Allah bersama Yesus dan nabi Elia (Matius 17:3-4).

 

Melalui dua contoh tersebut kita melihat sikap dan teladan yang baik dari seorang pemimpin yang telah berbuat dosa saat menerima teguran dan hukuman Tuhan. Jika kita sudah terlanjur melakukan perbuatan yang tidak berkenan di hati Allah dan ada teguran dari Firman-Nya, jangan keraskan hati! Jalan terbaik adalah kita datang pada salib Kristus, mengakui kesalahan dan mohon belas kasihan-Nya. Sesungguhnya Allah bertanggungjawab atas segala ciptaan-Nya, Dia mengerjakan segala sesuatu yang baik bagi kita dan akan mengembalikan kita kepada kodrat Ilahi yang telah dikaruniakan-Nya pada kita.

 

Sekarang bagaimana sikap kita menghadapi tipu daya setan? Firman Allah mengatakan “Tunduklah kepada Allah dan lawanlah iblis” (Yakobus 4:7). Jangan tinggal diam atau hanya menghindar! Kalau seorang petinju di atas ring hanya menghindari pukulan-pukulan lawan tanpa pernah membalas, dia tetap dinyatakan ‘kalah’ – kalah angka. Tuhan menghendaki kita tidak tinggal diam tetapi melawan Iblis karena sifat dan tabiatnya seperti singa yang mengaum-aum mencari siapa saja yang dapat ditelannya.

 

Perhatikan ilustrasi berikut. Dalam pertandingan nasional matador di Spanyol, si matador hanya memegang selembar kain merah dan pedang di tangannya. Dengan lihainya dia mempermainkan seekor banteng yang kuat, perkasa dan liar. Banteng tersebut tertipu berulang-ulang dan menghantam tembok sampai arena bergoyang. Akhirnya banteng kepayahan dan kehabisan tenaga sampai tanduknya ke bawah dan lidahnya terjulur keluar. Banteng itu berguling-guling karena hatinya panas tetapi tenaganya sudah tidak cukup sedangkan sekujur tubuhnya penuh luka oleh pedang matador. Matador menunggu sejenak kemudian kembali menggoda si banteng dengan kain merahnya sambil membentak-bentak sehingga banteng tersebut marah dan menyerang dengan sepenuh kekuatan yang tersisa. Pada saat itulah si matador menancapkan pedangnya pada celah punggung banteng sampai menembus paru-paru dan jantungnya. Banteng itu berhenti sejenak, kemudian dalam keadaan sangat kesakitan dia menekuk kaki dan ekornya lalu mati di situ.

 

Banteng bagaikan kehidupan anak Tuhan yang ditipu berulang-ulang oleh setan hanya dengan selembar ‘kain pencobaan’. Oleh karena banteng hanya seekor hewan, dia tidak mengerti – tidak berhikmat – dan mengira musuhnya adalah kain merah yang terus menerus diserangnya berakibat dengan kematiannya sendiri. Itu gambaran orang yang tidak tahu siapa yang menjadi musuhnya. Banyak anak-anak Tuhan mengira pencobaan-pencobaan itu musuhnya. Padahal musuh kita yang sesungguhnya adalah iblis – penghulu roh-roh jahat di dunia – yang memprovokasi kita untuk berperang tanpa menyadari siapa lawan kita, akibatnya kita tidak berperang melawan hawa nafsu malah ‘meladeni’ hawa nafsu kita. Tuhan menunjukkan bahwa kekuatan kuasa-Nya ada dalam Firman-Nya. Tipu muslihat iblis hanya dapat dikalahkan oleh kebenaran Firman Allah maka pakailah selengkap senjata Allah dalam menghadapi teror si Iblis (Efesus 6:10-17).

 

Dikatakan:

- “…supaya kamu tetap berdiri…”, artinya kita tetap bertahan setelah berperang.
…berikat pinggang kebenaran…”, artinya kita melayani Tuhan di dalam Kebenaran.
…berbaju zirahkan keadilan…”, artinya berbaju zirahkan Firman Allah sebagai kekuatan kuasa Allah yang melindungi kita. Sekalipun ada senjata yang ditembakkan kepada kita dari belakang – itulah fitnah, semua fitnah itu tidak dapat melukai kita karena kuasa-Nya melindungi kita (Yesaya 54:17). Baju zirah keadilan ini melindungi tubuh kita dari depan dan belakang.
“...dan terimalah ketopong keselamatan...”. Ketopong itu melindungi kepala, mata, telinga, mulut dan isi kepala. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal adalah ketopong keselamatan yang harus kita kenakan senantiasa (Filipi 4:7). Dia akan melindungi akal pikiran kita dengan sangat rapat. Selanjutnya Filipi 4:8 menyatakan, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”

Bagi orang dunia apa yang tercantum dalam Filipi 4:8 tersebut dikenal dengan istilah ‘positive thinking‘. Mereka melakukannya karena didorong oleh orang lain atau oleh maksud-maksud yang tidak tulus. Namun kita melakukannya karena kita tahu bahwa itu adalah Firman Allah, Ketopong Keselamatan kita. Praktiknya dalam keseharian hidup kita: Jangan memberi kesempatan mata untuk melihat sesuatu yang mendatangkan dosa, telinga jangan dipersiapkan untuk mendengar hal-hal yang membuat hati kita rusak, pikiran dilindungi oleh damai sejahtera Allah, mulut dijaga supaya tidak mengeluarkan kata-kata tidak baik. Ini semua dikenakan pada kepala kita sebagai ketopong keselamatan.

Kalau itu semua ada di dalam pikiran kita, segala provokasi dan saran iblis tidak dapat menembus ke semua indera kita. Dengan mengenakan selengkap senjata Allah, segala gangguan iblis tidak dapat menembusi pertahanan kita. Tunduklah kepada Allah dan lawanlah iblis. Melawan berarti bertindak. Kalau kita pasif, iblis akan menjadi pemenang. Jika kita tunduk pada Allah dan aktif melawan Iblis, dia akan lari dari kita.

Memang Iblis akan terus menggoda untuk menjatuhkan kita dan mungkin kita pernah jatuh, tetapi ingat bahwa satu-satunya jalan adalah kita kembali kepada Yesus, mengakui bahwa Yesuslah yang menebus segala dosa dan kesalahan kita, minta ampun pada-Nya, jangan menyalahkan orang lain tetapi mengakui semua dosa kita dengan jujur kepada-Nya. Dia sendiri yang akan mengampuni dan memulihkan hidup kita. Sebagai anak-anak Tuhan biarlah kita mau selalu dibangun dan dibentuk oleh Firman-Nya serta senantiasa hidup dalam pengharapan kepada-Nya.

Amin!